
Jika melihat keadaan zaman sekarang memang sangat tidak terduga, banyaknya kasus pembunuhan antara anak dan orang tua, maraknya penganiayaan yang dilakukan terhadap orang tua, anak yang rela memenjarakan orang tuanya, atau anak yang semena-mena dengan orang tuanya menjadikannya pembantu dirumah, sungguh sangat memprihatinkan.
Perlu kita ketahui, hal-hal seperti ini memang sudah sepatutnya ditanggulangi, karena begitu pentingnya peran Orang Tua dalam mengasuh anak, cara mendidik anak, terlebih kemungkinan anak adalah cerminan orang tuanya, masalah-masalah seperti diatas terjadi karena kurangnya hubungan batin antara anak dan orang tua.
Bagaimana bisa anak yang dikandung selama sembilan bulan lamanya berani melakukan kejahatan kepada Ibunya.? Jawabannya tentu saja tega dan berani, ketika orang tua salah mengasuh anak, lalu siapa yang seharusnya disalahkan.? Anaknya atau Orang Tuanya?
Terlepas dari kejahatan Anak dengan Orang Tua, Gus Yusuf Chudlori mengungkapkan
“Walaupun, anak yang sudah kamu kandung selama sembilan bulan, akan tetapi tidak pernah di tirakati, didoakan, atau difatehahi, tidak akan pernah taat kepada anda, tidak ada hubungan batin sama sekali.” ujar Gus Yusuf Ch
Dari sini kita bisa tahu bahwasannya anak itu tidak cukup hanya dibesarkan dan disekolahkan saja, peran penting orang tua dalam mendidik menjadi tolak ukur anak itu kepada orang tuanya, ibarat handhphone yang tidak ada sinyalnya, semahal atau sebagus handphone jika tidak ada sinyalnya percuma.
Maka membangun hubungan batin antara anak dengan orang tua adalah kunci agar anak bisa dan mau taat kepada orang tua, terkadang sebagai orang tua sangat menyayangkan melihat kondisi anak yang sulit diatur, akhirnya selalu menyalahkan anaknya.
Tidak hanya melulu menasehati, jangan sampai anak menganggap nasehat orang tua itu hanya lagu lama, atau kaset rusak, perlu dimengerti pentingnya menirakati anak, agar anak patuh kepada orang tuanya.
“Njenengan tidak pernah membacakan fatihah untuk anak, kok menasehati, ya anak tidak taat kepada orang tua, ya mohon maaf jangan menyalahkan anak”. Dawuh Gus Yusuf Ch.
Tetapi kita harus mengoreksi diri, sebenarnya kurang bagaimana cara mendidik anak, sejauh mana mendoakan anak, lalu seberapa sering menirakati anak.
Boleh dengan berpuasa, atau mendoakannya di setiap malamnya, cerminan dari apa yang diungkapkan Gus Yusuf tentu saja kita sebagai orang tua sangat kurang dalam memperhatikan anak, terlebih ikut andil dalam meriyadhoi anak.
Terkadang orang tua merasa acuh dengan kehidupan sang anak, atau memiliki presepsi menjaga privasi anak, dan tidak ingin terlalu ikut campur kehidupan anak, namun pembiaran disini adalah bentuk ke egoisan orang tua, yang hanya mengepentingkan diri sendiri dengan dalih “sek penting seneng”.
Realitanya 70 % pendidikan seperti ini mengakibatkan anak menjadi semaunya sendiri, tak menghiraukan apa yang jadi nasihat orang tua, menjadi bumerang bagi orang tua, ketika nantinya orang tua telah berumur, anak yang seharusnya bisa dan mampu ngopeni (merawat), dengan alasan kerja atau bahkan merasa menjadi beban dalam kehidupannya