
Jauh sebelum menapaki singgahsana menjadi raja dikasultanan cirebon, Sunan Gunung Jati bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS, kisah ini akan kami ceritakan, tentang tonggak keberhasilan kepemimpinan Kasultanan Cirebon yang kami tulis dari naskah mertasinga.
Sunan Gunung Jati atau nama lengkapnya Sultan Syarif Hidayatullah, memiliki gelar Susuhunan Cirebon atau Susuhunan Jati atau Sinuhun Purba, sasana maqbarahnya berada di keraton pangkuwati, dibangun oleh pangeran cakrabuana.
Penobatan Sunan Gunung Jati menjadi raja didukung para kepala wilayah pesisir utara, dan diangkat langsung oleh dewan wali yaitu Sunan Ampel dan memberikan gelar Susuhunan Jati (Panditia Ratu) serta disematkan sebagai wali yang menyebarkan agama islam yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan (penguasa pada zamannya).
Kearifan lokal memang sangat kental di pulau jawa pasalnya memang tidak lepas dari pengaruh hindu budha, disetiap aspek daerah seorang pemimpin pasti memiliki pangkat derajat, yang berbeda beda begitu pula dengan Sunan Gunung Jati beliau disebut sebagai Sinuwuun Kanjeng Susuhunan Jati Purba Paneetep Panata Gama Awliya’ Allah Qutubid Zamann Kholifatur Rasulullah SAW.
Syarif Hidayatullah muda, sebelum diangkat menjadi Sultan, betul-betul mengalami hal yang mukasyafah yaitu bertemu dengan Nabiyullah Khidir AS kisah ini kami utarakan dibawah ini :
Pengelanaan Sunan Gunung Jati yang tidak lekang oleh waktu, hal ini dilakukan sebagai bentuk riyadhoh tirakat untuk mencapai keinginan bertemu dengan Rasulullah Muhammad SAW.
Waktu demi waktu terlewati tidak luput Sunan Gunung Jati mempelajari kitab-kitab yang membahas bagaimana bentuk rupa Nabi Muhammad, mempelajari bagaimana tata cara menyebarkan agama islam, bagaimana keseharian Rasulullah SAW, yang tersimpan dalam istana kerajaan Ayahnya, begitu kagum Syarif Hidayatullah muda dengan sosok Rasulullah SAW, lantas Sunan Gunung Jati memiliki kemantaban untuk bertemu Rasulullah SAW.
Walaupun keluarga Syarif Hidayatullah muda sudah diberi peringatkan bahwasannya Rasulullah Muhammad SAW sudah lama wafat, tidak mengurungkan niat dan kemantaban Sunan Gunung Jati.
Namun dalam perjalanan spiritualnya tidak segera dipertemukan, hingga 100 hari dalam pengambaraannya, lalu terjadilah perjumpaan antara Sunan Gunung Jati dan Nabiyullah Khidir AS, ketika berada dilembah yang sunyi dipanjatkannya doa-doa dengan begitu khusyuk, menyampaikan segala keluh kesah kegelisahan yang mendalam kepada Allah SWT.
Tiba pada satu malam yang begitu aneh, rasa kantuk mulai meyelimuti, atmosfear alam raya mendukung, kesunyian malam dengan kehinangannya, Sunan Gunung Jati dibawa menuju sebuah alam yang sangat asing, sama sekali belum terjamah sebelumnya.
Begitu jelas pandangan mata ini melihat orang-orang berjubah putih, tampaknya mereka adalah para syuhada’, yang sedang berjalan dengan wajah begitu tenang, namun keheningan tiba-tiba pudar ketika suara langkah kuda menapaki tanah.
Sayup-sayup terlihat seseorang pria yang begitu gagah, menunggangi kuda sembrani yang berwarna putih bersih dengan kilauan samar disetiap helaian rambutnya berhenti dan mulai mengatakan
“Aku Adalah Khidir”, dengan suara yang tenang nan wibawa, Nabiyullah Khidir mengucapkan didepan Sunan Gunung Jati, yang membawa kabar dari Allah SWT untuk menyampaikan berita yang begitu mengejutkan.
“Engkau telah terpilih menjadi Wali Kutub” Hal ini disampaikan langsung oleh Nabi Khidir untuk Sunan Gunung Jati, lalu Nabiyullah Khidir seraya berkata “Dan kusampaikan kabar gembira bagimu pertemuan yang begitu kamu dambakan, akan segera terwujud, Bersabarlah wahai Syarif Hidayatullah.”
Tanpa disadari air mata dipelupuk Sunan Gunung Jati pun mengenang, tertegun seakan tidak nyata namun begitu nyata, sebelum itu Sunan Gunung Jati diperintahkan Nabi Khidir AS untuk memakan buah hijau yang diambil dari salah satu pohon di surga, selepas memakan buah hijau diangkatlah Sunan Gunung Jati menjadi waliyullah.